Tan Malaka setali tiga uang. Salam Madilog,keyakinan Tan akan para pelaut Nusantara yang menjelajah hingga Madagaskar membuatnya memimpikan Indonesia Raya sampai Madagaskar. “ Tan Malaka dulu membayan...
Tan Malaka setali tiga uang. Salam Madilog,keyakinan Tan akan para pelaut Nusantara yang menjelajah hingga Madagaskar membuatnya memimpikan Indonesia Raya sampai Madagaskar. “ Tan Malaka dulu membayangkan wilayah Republik Indonesia Raya merdeka itu akan terbentang dari pulau Madagaskar melintasi seluruh semenanjung Melayu,kepulauan Filipina,seluruh Hindia Belanda,termasuk TimTim sampai ke ujung Timur Papua “. ( Sultan Hamengku Buwono X )
PRIBUMI,NON-PRIBUMI ! Saat ini banyak orang menyuarakan berbagai pendapatnya tentang kata itu,pro kontra masih terjadi sampai hari ini, mulai dari kalangan atas sampai rakyat biasa pun ikut menyumbangkan keseloanya.
Mereka lupa,kalau negeri kita (dulu) merupakan Negara maritim, dengan jangkauan wilayah yang sangat luas hampir ke segala penjuru dunia.dan tempat paling subur untuk tumbuh dan berkembangnya tumbuh-tumbuhan yang bermanfaat bagi kehidupan umat manusia,di tambah dengan keterbukaan masyrakat dengan segala sesuatu yang baru ( dengan syarat,bisa menyesuaikan dengan lingkungan sekitar ).tak heran jika banyak berbagai etnis — etnis dari sebagian penjuru dunia ada disini yang sampai hari ini menjadi warga tetap NKRI.
Berbicara soal Negara Maritim,kita akan masuk kedalam banyak sekali hal dengan segala permasalahanya yang terjadi dari jaman nenek moyang kita yang sampai hari ini masih terasa. Mulai dari era kejayaan kerajaan –kerajaan dimana di tempat yang kita coreti dindingnya ini banyak di datangi orang dengan segala kepentingnya dari penjuru negeri.mulai dari “kulakan” bumbu dapur sampai tukar menukar isi kepala.
Tak lepas dari proses itu,di masa lalu nenek moyang kita sudah lebih jauh “dolan”nya ketimbang generasi kita yang sekarang ini penuh dengan “ngen-ngen”. Tak heran jika ada bukti riset jika di Negara –negara nan jauh disana,atau bahkan itu hanya ada di “ngen-ngen” kita,nenek moyang kita dulu sudah sampai buat warung pecel disana. Bahkan sebaliknya,disini pun tempat tumbuh dan berkembangnya bumbu dapur di segala penjuru Nusantara banyak di datangi orang-orang dari banyak negeri,mereka terkagum-kagum melihat keindahan alam yang ada di negeri kita ini,dilengkapi dengan manusia-manusia yang ramah dan bersahabat. dari situ lah,banyak orang yang ingin berlama –lama disini dan ingin hidup disini bahkan,ingin memiliki segala yang tersedia di Nusantara ini.
Itu semua tak lepas dari laut,sampai hari ini pun laut dan segenap isi dan tatananya masih menjadi salah satu yang terpenting di dalam hidup manusia. Yang masih sama dari masa lampau itu fungsi laut,sebagai akses sarana transportasi antar daerah bahkan antar Negara.merupakan sarana transportasi tertua setelah “Rogo sukmo”- dalam masyrakat jawa pada khususnya-. Dan laut lah yang menjadi tulang punggung masyarakat pesisir dan Bandar pelabuhan.
Dalam masyrakat jawa,laut atau segoro bisa di artikan banyu gede atau pusat segala air dari segala penjuru. Lebih dari itu,laut merupakan pemberian dari Tuhan untuk manusia dengan keadaan sebaik-baiknya.di warisakan oleh para leluhur untuk generasi setelahnya yang di dalamnya terdapat sumber kehidupan,yang bisa di manfaatkan setiap manusia dan harus di jaga terlebih di indahkan.
Selain air,terumbu karang dan biota –biota laut yang sangat banyak jenis dan jumlahnya,ada salah satu bagian dari laut yang turut memeriahkan dan yang di harapkan dapat melestarikan khasanah ke-lautan yaitu masyrakat pesisir atau Bandar pelabuhan,dimana mereka yang menggantungkan hidupnya dari laut. pada masa lampau,mereka lah orang yang pertama mengenal sesuatu yang baru,mereka yang lah yang mengenalkan sedikit banyak tentang kita,terutama di ranah Bahasa dan Budaya,di tempat merekalah perkenalan budaya di mulai hingga akulturasi yang masih terasa sampai sekarang,disanalah mulai terjadi banyak permasalahan yang sampai sekarang belum terselesaikan.
Di jaman yang serba di manjakan dengan segala kemajuan teknologi ini,dan tuntutan kesibukan khas manusia moderen,masyrakat pesisir pun tidak hanya golongan nelayan dan pedagang ikan saja.sudah mulai ada dari mereka yang bekerja sebagai PNS,TNI,Dokter dll,sebagian dari mereka sudah tidak menggantungkan hidupnya dari laut saja.tetapi,masih ada sebagian masyrakat yang masih tetap sama,layaknya masyrakat di pinggiran laut.mereka lah yang masih rendah akan pendidikan nya dari jaman di jajah Negara lain sampai di jajah di negeri sendiri.tetapi,mereka lah yang masih percaya bahwa laut dan segala yang ada didalam maupun di permukaanya yang menjadi sumber kehidupan mereka,mereka yang masih percaya hitungan hari atau penunjuk arah dengan rasi bintang,dan memberi sedekah kepada bumi.
Dewasa ini,sudah banyak dari mereka yang meninggalkan tradisi itu,atau melakukanya hanya sekedar formalitas agar tidak hilang. sudah sangat jarang orang yang peduli dengan alamnya,apalagi mengindahkan,mereka hanya senang menikmati hasilnya saja tanpa memikirkan dampak nya.sangat wajar jika saat ini sering terjadi musibah,yang mempengaruhi kesetabilan ekonomi bahkan kesejahteraan mereka,karna mereka sudah tidak menghargai pemberian dari laut itu sendiri. Sudah mulai hilang cerita Panji dan legenda Nyi Roro Kidul penjaga laut Jawa dalam lingkungan ini. Dulu,para orang tua yang bekerja sebagai nelayan atau lebih umunya hidup di wilayah pesisir,mereka selalu menceritakan pada anak cucu nya cerita-cerita legenda itu,ini berpengaruh besar pada mental generasi setelahnya,karnan dalam cerita mengandung pelajaran yang tidak di ajarkan di bangku sekolah,terlebih saat ini. Sikap bagaimana kita menghargai alam,karna kita hidup berdampingan dan alam yang menyediakan sesuatu untuk kita bisa hidup dan menjaga terlebih mengindahkanya.sekarang,yang ada di dalam pikiran mereka berbandng terbalik,anak-anak pantai tinggalah lagu,mereka lebih memilih pergi dari lingkungan itu dengan beraneka ragam alasan,mereka tak (mau) mengenal lagi nenek moyang mereka.
Terlebih setelah beredarnya isu pariwisata alam,banyak orang ingin memperebutkan wilayah ini,dari kalangan yang duduk di kursi sambil menunggu bayaran,sampai masyrakat di sekelilingnya pun ikut andil dalam hal ini. Alhasil,setelah ini terlaksana keadaan lingkungan menjadi berubah,pasir yang tadi nya putih berkialauan di bawah teriknya matahari,sekarang tercampur dengan bungkus-bungkus jajanan kapitalis,masyrakat di sekitar pun sudah tidak menghiraukan lagi,karna mereka sudah puas bisa mendapatkan uang banyak dengan habisnya dagangan yang mereka sajikan dengan dalih makanan khas yang tak di pungkuri sampahnya sudah bertebaran di bibir pantai,yang semakin lama semakin berserakan dan mengganggu keindahan alam bahkan merusak ekosistem laut jika hal ini di biarkan sampai anak dan cucunya. yang lebih parahnya lagi,mereka bisa menjual lahan yang dianggap menarik ke juragan londo.ini terjadi karna mental mereka yang sudah tak peduli lagi dengan kekayaan yang di wariskan turun temurun dan tak sabar ingin cepat kaya dan hidup enak seperti Ndoro Bei,tak terlintas di pikiran mereka jika hal itu terjadi,disitulah babu –babu berseragam akan bergentayangan dan menginjak apa yang ada di bawahnya. Tak sadarkah mereka akan hal yang menakutkan itu,atau mereka gemar bersenang –senang dalam ketakutan ini ….???
Saya telah menyaksikan bagaimana keadilan telah dikalahkan oleh para penguasa. Dengan gaya yang anggun dan sikap yang gagah,tanpa ada ungkapan kekejaman di wajah mereka. Dengan bahasa yang rapi mereka keluarkan keputusan-keputusan yang tidak adil terhadap rakyat. Serta dengan budi bahasa yang halus mereka saling membagi keuntungan yang mereka dapat dari rakyat yang kehilangan tanah dan ternaknya. Ya,semua dilakukan sebagai suatu kewajaran. (Rendra dalam Orang-orang Rangkasbitung)
Bagas S. Wicaksana
Baca Selengkapnya